Awal dari cerita ini mengisahkan seorang gadis bernama Vina, ia adalah salahsatu karyawan perusahaan di daerah depok, ia pergi meninggalkan Jakarta untuk menghindari pacarnya yang bernama stefan, masa lalunya yang kelam membuatnya sampai di depok, dengan hati yang pedih dan hidup seorang diri di sebuah kost an sampai beberapa tahun kemudian teman temanya termasuk stefan mengajaknya liburan ke bandung untuk bersenang senang dirumah hantu di dekat hutan, mereka berenam mengalami keanehan dan keganjilan selama di dalam bangunan itu, pada akhir cerita mereka akhirnya tahu bahwa pemeran dan aktor - aktor dari rumah hantu itu adalah pembunuh
Waktu menunjukan pukul 17:40 terlihat dari kaca jendela kantor langit mulai muram pertanda hari semakin gelap, akan
tetapi seorang gadis masih saja duduk di tempat kerjanya sambil menatap layar hpnya, seharusnya sekarang adalah waktu untuknya pulang.
Namun entah apa yang ada di pikirannya ia masih teringat kejadian waktu itu, kejadian kelam masih terngiang ngiang di benaknya. "Andai saja hari itu kita tidak berangkat pasti papah mamah masih ada" gumamnya.
Tok tok tok.. terdengar suara ketukan pintu dari luar ruangan.
Gadis itu tersadar dari lamunan dan beranjak membuka pintu. Clekk..
"Kenapa la?" Tanya gadis itu
"Temen temen lu tuh nunggu di luar bawa mobil" kata gadis bernama lala
"Temen? Siapa?"
"Gak tau tuh katanya mereka dari Jakarta mau ketemu sama lo.
Udah buruan balik yang lain juga udah balik Vin"
Ternyata Sang gadis bernama vina ia adalah salah satu karyawan perusahaan di depok Gadis itu beranjak membawa tasnya lalu pergi menuju keluar kantor, dari kejauhan nampak dua orang laki laki satu orang perempuan dan tiga orang lainnya di dalam mobil tengah menunggu seseorang. Vina menghampirinya.
"Oh ternyata lo fan" ucap gadis itu sedikit ketus
"Lo kemana aja vin, gue udah nyari lo kemana mana. Kalo lo mau nenangin hati gak gini juga caranya vin"
"Gue gak peduli"
Pemuda itu sejenak terdiam, namun akhirnya ia bersuara dengan nada rendah
"Gue punya sedikit uang buat bayar kost an lo" kata pemuda yang bernama stefan itu sambil memberikan selembar amplop coklat.
"Gue gak butuh duit lu pan, gue mampu buat biayain hidup sendiri" sahut vina
"Coba saat itu lo gak maksa gue buat pergi. Mungkin mama papa masih ada dan hidup gue gak akan berantakan kaya gini" lanjutnya dengan suara lirih namun raut wajahnya nampak sedih perlahan dia menyela air matanya.
"Gue bener bener minta maaf vin, seharusnya gue gak maksa lo buat cabut saat itu"
"Udahlah fan gak usah minta maaf ke gue. Udah terlanjur" Ucap vina masih bernada ketus sambil beranjak pergi dari tempat mereka berdiri.
"Vin.. Vina"
"Fan kalo lo gak bisa bujuk vina biar gue aja ya yang coba ngomong sama vina" bisik seorang gadis di belakang stefan
Tak lama gadis itu mengejar dan menghampiri vina.
Singkat cerita ia membujuknya dan mengajak vina kembali ke mobil.
"Gimana vin kerja disini"
"Lumayan nyaman din" balas vina sudah lumayan tenang
"Vina lo gak apa apa kan?" Tanya seorang pemuda bernama aldo
"Gue baik do"
"Besok libur kan vin?" Tanya pemuda lain bernama rudi
"Iya rud gue besok libur tiga hari, biasa akhir tahun"
"Kita mau kemana emang?" Lanjut vina dengan pertanyaan
"Kita semua mau ngajakin lo liburan ke bandung" jawab stefan tiba tiba
"Oh" sahut vina masih ketus
"Iya vin kita semua mau ngajakin lo main adrenalin" ucap laki laki berambut agak ikal yang bernama anji yang duduk di bangku setir
"Adrenalin apaan ji?"
"Entar lo juga bakal tau deh, Yang penting malam ini kita seru seruan" sahut rudi
Vina hanya mengangguk pelan dia sudah agak sedikit tenang, dia berharap liburannya kali ini bisa menenangkan pikirannya setelah bekerja seharian.
"Oke kita ke Bandung, Vina disini, stefan seneng, Cabuttt.." ucap anji seraya menginjak pedal gas
Tiga jam telah berlalu, mobil yang mereka tumpangi baru saja keluar dari tol cipularang, tak lama mobil itu menuju arah selatan menjauhi kota bandung sampai mereka tiba di jalanan yang sangat sepi dan gelap. Vina menatap layar hpnya, waktu menunjukan pukul 21:15
"Lu kenapa vin kok mukanya serius banget?" Tanya rudi seraya tertawa
"Gak apa apa rud, aneh aja" tungkasnya
Dari kaca spion mobil anji melihat mobil jauh dari belakang mobilnya.
"Mobil siapa tuh di tikungan" ucap anji sambil menoleh ke belakang
"Udah baiknya kita nunggu yang lewat aja daripada terjadi apa apa" ucap aldo
"Sebenarnya kita mau kemana?" Kemudian vina bertanya
"Udah tenang aja vin, gak bakalan kenapa kenapa kok" jawab dini
"Apa ada yang mengikuti kita?" Tanya anji
"Anji ada apa?"
"Apa ada yang melihat truk itu mengikuti kira sejak dari cipularang?"
Mata mereka semua tertuju ke arah belakang mobil, disana tidak ada apa apa, yang mereka lihat hanya jalanan yang sunyi dan gelap. Situasi menjadi hening setelah anji berbicara. Dan tiba tiba.. Drenggg..
Semua yang berada di dalam mobil kaget namun pada akhirnya mereka merasa lega karena yang mereka lihat hanya lampu yang tiba tiba menyala yang bertuliskan "Extreme Haunted House" dan di sebelahnya terdapat persimpangan jalan yang agak menanjak.
"Anjirr.. gue kira apaan, sumpah gue kaget banget" keluh aldo
"Jadi lu semua mau ngajakin gue ke rumah hantu? Kalo tau gini gue gak bakalan ikut" ucap vina tiba tiba
"Lu takut ya vin.. lu takut ya?" Ucap dini seraya memainkan telunjuknya
"Gak lah, lu semua ngajak gue kesini cuma mau seneng seneng masuk beginian?"
"Tenang vin ini permulaan besok kita main yang asik asik di pusat kota" ucap stefan
"Iya vin lu tenang aja, menurut informasi yang gue dapet di internet katanya sih rumah hantu ini tuh selain terkebal dikalangan anak muda tempatnya juga luas dan menegangkan pasti serulah pokoknya" ucap aldo kemudian
"Lu gila kali ya anjirr.. nih udah jam berapa masa lu mau masuk ke gedung seluas ini sih"
"Udah udah lu tenang aja vin, kan ada stefan" balas aldo sambil tertawa
"Bodo amat anjir emang gue pikirin"
Tak lama mobil yang mereka tumpangi putar balik dan masuk ke simpangan jalan.
Nampak bangunan itu memang menyeramkan dan lumayan luas serta di kelilingi oleh pagar besi yang cukup tinggi. Setelah mobil terparkir mereka semua berjalan mendekati bangunan itu, dari kejauhan tampak seseorang tengah berdiri di depan pintu yang besar semacam bagasi mobil.
"Ada badut"
"Rudi takut badut haha" ucap dini
"Halo badut"
"Halo mas badut" sapa mereka dengan gelak tawa
"Bisa kita memesan enam tiket, tolong" ucap stefan
Badut itu diam saja tanpa mengeluarkan sepatah katapun tatapannya kosong dan datar.
"Tidak, oke" ucap stefan menjawab pertanyaannya sendiri di ikuti gelak tawa yang lain
"Permisi, kami ingin masuk ke gedung seram ini, tolong" ucap dini
Sang badut tetap tidak menggubris
nya, ia masih saja diam tak bersuara.
"Baik ini sangat menyeramkan haha" lanjutnya
Tiba tiba badut itu mengepalkan kedua tangannya sepertinya, dia memberikan sebuah isyarat.
"Oke din itu tugas lu" ucap aldo
Dini maju tepat menghadap badut itu, dia menunjuk kepalan tangan sebelah kiri, sang badut membukanya namun tidak ada apapun di telapak tangan itu.
"Tunjuk tangan yang sebelahnya" bisik rudi dari kejauhan
Dini kembali menunjuk kepalan tangan yang sebelah kanan, namun setelah dibuka lagi lagi dia tak melihat apa apa.
Tiba - tiba sang badut menggerakan tangan kanannya ke arah dini, sepertinya dia tengah mengambil sesuatu di balik rambut tepat di dekat telinganya.
Badut itu menunjukan sesuatu di depan wajah dini
"Itu kunci"
"Itu kuncinya" ucap aldo
"Baik bintang lima, untuk tempat ini dan badut yang super menyeramkan dengan melakukan sulap yang murahan" ucap aldo
Badut itu menunjuk sebuah kotak di sebelah pintu dengan isyarat tangannya, kemudian dini membuka kotak itu dengan kunci yang tadi, ia mengambil secarik kertas di dalamnya.
Sementara yang lainnya masih saja bergelak tawa membully badut itu.
"Apa ini pekerjaan yang musiman? Gue punya keponakan yang suka badut badut seram, jadi gue membutuhkan jasa lu" ucap aldo yang masih disertai gelak tawa yang lain
"Sebelum kita pergi, gue minta kartu nama. Lu bisa keluar kapanpun yang lu mau haha" lanjutnya.
Badut itu masih saja diam dengan tatapan yang masih saja kosong dan sedikit menyeramkan.
" Apa itu" tanya stefan
"Formulir pelepasan tanggung jawab" jawab dini
"Disini tertulis : Peraturan Rumah Hantu"
"Peraturan pertama, selalu di jalur yang sudah di tandai, peraturan kedua jangan menyentuh para aktor, peraturan ketiga kalian akan di mintai tindakan tertentu, tolong lakukan tindakan yang diminta ini demi kebaikanmu sendiri, Peraturan ke empat seluruh ponsel harus di letakan pada loker terkunci sebelum masuk, kalian boleh membawa kunci loker sampai keluar dari pertunjukan"
"Apa? Apa lu serius?" Tanya rudi seraya tertawa kecil
"Ini pasti bagian yang paling menyeramkan bagi lu tanpa ponsel haha" lanjutnya
"Kayanya kita semua memberikan nyawa untuk yang beginian haha" ucap dini
"Whaaaaaaaaa" terdengar jeritan seorang perempuan di dalam bangunan itu.
Tiba tiba suasana menjadi sangat hening
" Ya. oke huhuhu.. kita semua akan melakukan ini, pasti meneganggakan dan menyenangkan" sorak semuanya merasa senang.
Sang badut membuka pintu bagasi itu, tanpa ragu ragu semuanya masuk. Vina melihat badut itu tersenyum menyeringai mengerikan.
Rudi berjalan paling depan sambil berceloteh dengan yang lainnya sementara Vina paling belakang, nampak dari raut wajahnya ia begitu ketakutan bola matanya menyapu ke seluruh langit langit dan sudut lorong gelap yang mereka lewati.
Tiba - tiba.. drenggg
Rudi tersentak, dia bergetar dan mundur kebelakang.
"Hahahaha" tawa semuanya
Ternyata boneka tengkorak yang mengagetkan rudi tadi, benda itu tiba tiba muncul dari arah samping.
"Anjiiirrrrrrrr kesel gue sialan lo" keluh rudi seraya memukul benda itu.
Singkat cerita mereka melanjutkan perjalanan memasuki bangunan itu lebih dalam, sampai akhirnya mereka melewati lorong tiga dimensi, terdapat pintu diujung lorong itu. Rudi membuka pintu itu dan semuanya masuk dengan perlahan, Vina tertinggal ia tertegun pikirannya dirasuki oleh kegelapan dan rasa takut ia merasa tidak enak entah apa yang dipikirannya namun hatinya tidak merasa nyaman.
Namun akhirnya ia menyusul yang lain, Aldo dan rudi masih saja terus berceloteh membicarakan keadaan ruangan yang mereka masuki.
"lumayan keren sih gelap gelapan" ucap aldo
tertawa
"Apaan sih tempat ginian apanya yang creepy" anji membuka suara
Stefan melihat seseorang berjubah didepan mereka, sosok itu membelakangi mereka di balik pagar kawat.
"Ada orang" ujar stefan menunjuk kepada sosok itu
Sontak semuanya memperhatikan sosok itu, Vina dan dini menyusut diantara para pemuda. Sosok itu berbalik perlahan, wajahnya tertutup oleh topeng yang mengerikan, kakinya melangkah menuju pintu ditariknya kantong mayat berwarna hitam.
"Apaan itu" tanya stefan
perlahan sosok itu membukanya, tampak seorang wanita di keluarkan dari kantong mayat, tak lama sosok seram itu mengambil besi yang menyala seperti dibakar oleh api. gadis itu ketakutan seraya berkata
"Please tolong aku, tolong aku, aku janji gak akan bilang siapa siapa. aku mohon aku mohon.. tolongggggggggg" ucap wanita itu seraya menangis diakhiri dengan teriakan. dalam waktu yang bersamaan sosok bertopeng menancapkan besi yang tampak panas tepat di dekat pelipis wanita itu. Tiba tiba keluar asap mengepul, sosok itu beranjak pergi seraya menyeret kantung mayat yang berisikan wanita yang malang. suasana menjadi hening..
"Wanita yang malang" ucap dini tersenyum
"Huuuu keren, hebat sekali wanita itu berakting" Rudi membuka suara
"Aktingnya lumayan oke" selanjutnya aldo berbicara
Vina dan stefan hanya tersenyum.
"Disana ada pintu, ayo lanjut" ucap anji sambil tangannya menunjuk sebuah pintu
Mereka semua masuk lewat pintu itu, disana terdapat dua lorong yang terbuat dari akar akar yang lebat diantara pembatas lorong itu terdapat tulisan pada sebuah kayu yang bertuliskan "Aman" yang menunjuk lorong sebelah kiri dan "tidak aman" menunjuk lorong sebelah kanan. Vina masih saja tertegun menatap tulisan itu padahal yang lain sudah lebih dulu masuk dengan jumlah yang sama stefan, dini dan rudi masuk ke lorong aman sementara aldo, dan anji sudah masuk lebih dulu ke lorong tidak aman, tak lama vina menyusul aldo dan anji.
Didalam begitu hening dan tidak ada apapun sampai akhirnya mereka menemukan sebuah lubang persegi yang gelap, itu adalah labirin yang harus dilewati dengan cara merangkak.
"Gue gak mau masuk ke lubang itu" ucap vina
"Ayo vina gak ada apa apa" Ajak aldo seraya masuk ke dalam lubang yang sempit itu.
Akhirnya vina masuk setelah aldo masuk sementara yang berikutnya anji.
Didalam labirin terdapat dua arah, aldo menyusuri arah yang lurus tidak masuk ke arah belokan kanan.
"Lurus saja didepan ada celah" teriaknya
Vina mengikuti aldo namun ketika ia melewati lubang arah kanan ia mendengar bisikan.
"Ayo kemari, kemarilah"
namun vina tetap saja lurus mengikuti arah aldo keluar, tak lama mereka berhasil kerluar dari labirin itu.
"Anji mana?" tanya aldo
Vina menggelengkan kepalanya, isyarat bahwa dia tidak tahu. Lama mereka menunggu anji tidak kunjung keluar dari labirin itu, namun akhirnya mereka pergi meninggakan tempat itu berharap anji menyusul mereka berdua.
Sementara di tempat lain stefan dan yang lain melewati lorong berdinding merah terbuat dari kayu.
"Stefan baju lo ada tetesan darah" ucap dini
Rudi menyentuh dan menghirup cairan itu.
"Tenang, ini cuma oli"
Mereka bertiga kembali berjalan menyusuri lorong itu, tanpa mereka sadari diatas kepala mereka terdapat bundalan yang berisi oli dan daging manusia.
Singkat cerita mereka bertiga sampai pada sebuah ruangan. diruangan itu terlihat ada tiga lubang. petunjukanya mengatakan masukan tangan.
"Gue duluan" ucap rudi
Rudi memasukan tangannya, dia meraba-raba apakah terdapat sesuatu di dalam. Tiba tiba ia menjerit kesakitan
"Tolong.. tolong" teriaknya
sontak stefan dan dini panik, mereka berdua membantunya dengan sangat cemas.
"Hahahha" rudi tertawa puas
stefan hanya melotot memperhatikan tingkahnya
"kirain gue lu beneran rud, rud" ujar stefan
Rudi melahap makanan yang dia ambil di dalam lubang itu.
"Ayo din kita coba"
"Gue takut fan"
"Ayo kita barengan aja, gue lubang kedua lu lubang yang terkahir"
Stefan dan dini memasukan tangannya bersamaan ke lubang itu. tiba tiba stefan berteriak "Tolongggg.. tolonggg" namun pada akhirnya ia tertawa.
Sementara dini masih saja meraba-raba, tidak ada yang ia temukan di dalam.
"Cincin gue.. kemana.."
"Kenapa?"
"Cincing gue jatoh fan.."
tak lama raut wajah dini berubah, ia meringis dan berteriak
" Sakit fann tolongin gue sakit sakit" teriaknya
"Bentar gue bantu"
Stefan dan aldo membantunya, Alhasil tanganya berhasil di tarik, namun stefan dan aldo tersentak bukan main ketika mendapatkan tangan dini bercucuran darah dan terdapat sayatan cukup besar pada perut tangannya.
Setelah kejadian itu stefan dan rudi cepat cepat kembali ketempat dimana saat mereka melihat pertunjukan wanita dan orang berjubah di balik pagar kawat, disandarkannya dini di tembok yang menghadap pagar kawat itu.
Sementara disisi lain aldo dan vina kini beranjak meninggalkan tempat labirin, mereka berdua memperhatikan sekeliling setiap ruangan, berharap menemukan seseorang untuk dimintai bantuan, namun tak ada siapapun disana hanya terlihat tangga untuk naik ke atas di depan mereka.
"Do ada lobang"
"Kayanya itu perosotan, lu naik duluan"
Tak berpikir panjang keduanya masuk lobang perosotan itu, memang panjang dan lama namun tak ada hal yang aneh didalamnya, vina lebih dulu sampai di bawah dia berlari ketika melihat orang berjubah dan bertopeng membawa gergaji mesin, tak lama aldo menyusul dirinya di kagetkan oleh sosok berjubah yang tadi, dia hampir saja terpotong oleh gergaji mesin itu, namun akhirnya aldo lolos dan menghampiri vina.
"Kita kemana lagi?" vina bertanya seraya memutarkan badannya
"Disana ada pintu, kita harus berusaha balik cari temen-temen kita atau setidaknya tanya orang disini buat bantu cari anji"
"Yaudah mau gimana lagi, kita ke tempat lain siapa tahu ada orang disana"
Mereka berdua beranjak dari tempat itu, Vina membuka pintu dilihatnya teman teman mereka tengah kebingungan dicampuri rasa cemas.
"Lo semua kenapa?" tanya vina sambil berjalan perlahan menghampiri dini.
"Lo kenapa din?" gadis itu kini menatap dini dengan getir
"Dini kecelakaan vin" sahut stefan menundukan wajahnya
"Anji juga gak tau kemana fan" kini aldo buka suara seraya tertunduk
"Sialan"
Tak lama seseorang membuka pintu di dalam pagar kawat, sosok itu ternyata si jubah bertopeng tadi seraya menyeret sebuah kantong mayat hitam. Kini punggung vina menyentuh dinding perlahan ia duduk di sebelah dini, dari topengnya sosok itu tampak bengis, ia berjalan dengan perlahan kemudian menjatuhkan kantung mayat itu dari genggamannya. lipatan kantung yang kentara itu perlahan dibukannya, samar samar tertutup bayangan terlihat seseorang di dalam kantung itu, sosok berjubah kemudian membukanya keluar, sontak mereka berlima terperanjat kaget ketika sosok dalam kantung mayat itu adalah anji.
"Anji!!!!" Teriak aldo
Sosok berjubah berjalan kebelakang nampaknya dia akan mengambil sesuatu di dekat pintu, ia kembali berbalik badan, terlihat senjata tajam semacam trisula panjang tengah di genggamnya.
Anji yang tadinya pingsan kini perlahan dia membuka matanya setengah sadar, dilihatnya sosok berjubah dan bertopeng menghampirinya, sebetulnya ia tersentak kaget di dalam hatinya, namun dia tak berdaya tubuhnya begitu lemas.
"Tolong.. tolong lepasin gue.. gue mohon" ucapnya pelan seraya menggeleng gelengkan kepala
"Anji.."
"Tolong gue.. gue gak mau mati.. gue gak mau mati gue gak mau matiiiiiiiiiii" teriak anji diakhiri benda tajam itu yang menancap di kepalanya.
Sosok berjubah hitam itu berkali kali menghunus dan menghantam kepala anji, tak lama ia berhenti.
mereka berlima terpaku menatap nasib temannya, tubuhnya gemetar bukan main matanya terbelalak ketakutan menyaksikan kejadian itu.
"Anji..." Ucap vina pelan dengan bibir yang gemetar
"Anjiiiiii!!!!..." teriak stefan seraya menggebrak dan menggoyangkan pagar besi itu dengan tangannya
Sosok berjubah berdiri membelakangi mereka, tak lama ia berbalik menatap mereka berlima. Topengnya menggambarkan sosok iblis yang bengis, tawa yang menyeringai dan mata yang besar.
Stefan mundur satu langkah namun sosok itu hanya menatapnya kosong, tak lama ia pergi menuju pintu berjalan dengan perlahan dan membawa anji dalam kantung mayat itu, ia menutup pintunya dan tak terdengar apapun selain tangisan vina dan dini.
Ini berceritakan apa ya ?
BalasHapusSudah ada sinopsis di atas kam
HapusCeritanya, kurang lengkap kak, ngk ada greget nyah gitu hehe
BalasHapusBelum beres kak, maaf kmaren istirahat dulu
HapusCerita nya bagus, cuma itu kaya nya sinopsis nya terlalu jeulas, jadi dengan baca sinopsis kita tau akhir nya seperti apa
BalasHapusTerimakasih atas masukannya kak
HapusSabar ya.. tunggu part berikutnya
BalasHapusPosting Komentar